Wednesday, October 5, 2011

Palestina, Bagaimana Bisa Aku Melupakanmu



Penulis:Taufik Ismail
Ketika rumah-rumahmu diruntuhkan bulldozer dengan suara gemuruh menderu,
Serasa pasir dan batu bata dinding kamar tidurku bertebaran di pekaranganku,
Meneteskan peluh merah dan mengepulkan debu berdarah.

Ketika luasan perkebunan jerukmu dan pepohonan apelmu dilipat-lipat sebesar sapu tangan lalu di Tel Aviv dimasukkan dalam fail lemari kantor agrarian,
Serasa kebun kelapa dan pohon manggaku di kawasan khalutilistiwa yang dirampas mereka.

Ketika kiblat pertama mereka gerek dan keroki bagai kelakuan reptilian bawah tanah dan sepatu-sepatu serdadu menginjaki tumpuan kening kita semua,
Serasa runtuh lantai papan surau tempat aku waktu kecil belajar tajwid Al-Qur’an 40 tahun silam,
 
Di bawahnya ada kolam ikan yang air gunungnya bening kebiru-biruan kini ditetesi air mataku.

Palestina, bagaimana bisa aku melupakanmu?

Ketika anak-anak kecil di Gaza belasan tahun bilangan umur mereka menjawab laras baja dengan timpukan batu cumin, lalu dipatahi pergelangan tangan dan lengannya, sipakah yang tak menjerit serasa anak-anak kami Indonesia jua yang dizalimi mereka.
Tapi saksikan tulang muda mereka yang patah akan bertaut dan mengulurkan rantai amat panjangnya, pembelit leher lawan mereka, penyeret tubuh si zalim ke neraka.

Ketika kusimak puisi-puisi Fadwa, Tuqan, Samir Al-Qassem, Harun Hashim Rashid, Jabra Ibrahim Jabra, Nizar Qabbani dan seterusnya yang dibacakan di Pusat Kesenian Jakarta, jantung kami semua berdegup dua kali lebih gencar lalu tersayat oleh sembilu bamboo deritamu,
Darah kami pun memancar ke atas lalu meneteskan guratan kaligrafi:
“Allahu Akbar!” dan “Bebaskan Palestina!”

Ketika pabrik tak bernama 1000 ton sepekan memproduksi dusta, menebarkannya ke media cetak dan elektronika, mengoyaki tenda-tenda pengungsi di padang pasir belantara, membangkangi di Shabra dan Shatila, mengintai Yasser Arafat dan semua pejuang negeri Anda, Aku pun berseru pada khatib dan imam salat Jum’at sedunia: doakan kolektif dengan kuat seluruh dan setiap pejuang yang menapak jalan-Nya yang ditembaki dan kini dalam penjara, lalu dengan kukuh kita bacalah:

“La quwwatta illa bi-Llah!”

Palestina, bagaimana bisa aku melupakanmu,
Tanahku jauh, bila diukur kilometer, beribu-ribu,
Tapi azan Masjidil Aqsha yang merdu serasa terdengar di telingaku.

*Dibacakan oleh Taufik Ismail di hadapan Izzeldin Abuelaish (Dokter/Aktivis Perdamaian/Penulis Palestina).
[Sumber:http://www.mizan.com]

No comments:

Post a Comment